Cari Blog Ini

Jumat, 02 Juli 2010

Komentar tokoh tentang membaca


Komentar Tokoh tentang Membaca


Seorang mahasiswa Belanda bertanya kepada Bung Karno yang sedang dibuang ke Bengkulu Tahun 1938. “Tuan, saya lihat Tuan telah membaca semua buku yang Tuan pesan dengan sungguh-sungguh sekali. Mengapa Tuan belajar begitu giat?” Bung Karno mrnjawab, “Orang muda, saya harus belajar giat sekali karena insya Allah saya akan menjadi presiden di negeri ini.” Tujuh tahun kemudian hal itu menjadi kenyataan (dalam buku Musim Berganti, karya Rosihan Anwar)

Ketika dibuang ke Boven Digul, Bung Hatta membawa 16 peti bukunya. Selagi menjadi mahasiswa di Rotterdam, ia ke Jerman dan keliling Eropa Tengah. Di Hamburg ia memborong banyak buku di toko Meissner. Kegemarannya membaca dipuji Haji Agus Salim. Ketika itu Hata sudah membaca buku Baumhauer.

Soejatmiko, yang akrab dipanggil Koko, adik ipar Sutan Sjahrir, menurut Nurcholis Madjid, dikalangan intelektual Amerika dijuluki The Prince Indonesian Intellectual. Ketika masih di sekolah dasar, ia sudah membaca seri sejarah dunia dan kisah-kisah petualangan fiksi ilmiah Jules Verne. Di sekolah menengah, bacaannya mulai berat seperti karya Hegel, Karl Marx, atau Nietzsche, Ghandi, Khisnamurti serta Swami Vivekananda. (Dari artikel, Aku Ada Karena Buku: Mereka Berjuang Bersenjatakan Buku, M. Fahmi, Intisari, Mei 2005)

“Jangan terlalu banyak membaca, nanti matamu rusak”, kata sang bunda kepada Gus Dur yang kala itu berumur 10 tahun. Sejak di SMEP, ia sudah fasih berbahasa Inggris. Bacaannya, semisal What is to Be done-nya Lenin, Das Kapital Karya Karl Marx, buku filsafat Plato, Thaless, novel William Bochner, Romantisme Revosioner karangan Lenin. (dari buku, Beyond the Symbols: Jejak Antropologis Pemikiran dan Gerakan Gus Dur, Rosda Karya). Gus dur membaca pula buku Ethica Nechomochea karya Aristoteles yang hidup 1000 tahun sebelum datangnya Islam. Buku yang diterjemahkan Ibnu Rusyd menjadi Al Kitab Al-Akhlaq itu telah turut menuntunnya memahami ajaran-ajaran Islam yang mulia tentang toleransi, egaliterianisme, dan masalah-maslah mendasar lainnya dalam berhubungan antara sesama manusia. (Moh, Mahfud MD, Pemikiran dan Langkah Politik Gus Dur, artikel SINDO, 21 Feb 2008)

BJ. Habibie, mantan presiden ke-3 RI memiliki ciri khas yang melekat semenjak kecil, yaitu serakah membaca! Seolah-olah ada perasaan berdosa yang menyelinap dalam dirinya jika sampai membiarkan bacaan apapun menganggur (Mini Biografi dalam Buku MHMMD, karya Marwah D. Ibrahim).

“Membaca dan menulis itu seperti bernafas. Ada saat menghebus dan menarik. Menghembus berarti kita menulis, dan menarik berarti saat kita mencari informasi dari buku.”
Dewi dee Lestari, penyanyi dan novelis, Supernova dalam Home Library, Edisi1/III,2007,Gramedia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar